ads

Tepat Media

Style3[OneLeft]

Style3[OneRight]

Style4

Style5

Rizkia. Mahasiswi UIN Bandung dari Tegal

Rizkia Novambri Khaerunissa, mahasiswi UIN
Sunan Gunung Djati Bandung - Semester 6.
Rizkia Novambri Khaerunisa, lebih akrab dipanggil Rizkia atau Kia—tak sedikit pula orang memanggilnya Kiai, berhubung ada teman satu kelasnya memiliki nama panggilan yang sama. Gadis bertubuh mungil ini berasal dari Tegal, dan merupakan mahasiswi UIN Sunan Gunung Djati Bandung, jurusan Ilmu Komunikasi konst. Jurnalistik.

Jauh-jauh dari Jawa Tengah mendatangi Bumi Parahyangan, Mbak Kiai bertujuan untuk jadi pewarta. Sudah cita-cita sejak dari SD katanya.

"Dari kecil itu, aku sudah ingin jadi wartawan, reporter, gitu. Mulai SMP, aku tanya kesana-sini, 'kalau mau jadi wartawan itu masuk jurusan apa?' Oh, Jurnalistik. Jadi ... frame aku memang harus jadi jurnalis!"

Demi menggapai cita-cita tersebut, ia masuk ke dalam 'klub' kejurnalistikan saat SMA. Di sana, ia mendapat dasar-dasar ilmu menulis dan dapat menyalurkan kegemarannya. 

Usaha yang keras tanpa restu orang tua, tentu akan menjadi 'tidak sempurna'. "Setelah meminta izin untuk kuliah di bidang Jurnalistik, bapak téh ngarahin untuk kuliah di UIN, atau nggak di UNPAD."

Tapi, begitu memasuki akhir kelas XII, orang tua Rizkia mendadak tidak mengizinkan untuk kuliah di Jurnalistik. Harus masuk jurusan pendidikan, itu pun di Semarang. Namun, karena Rizkia ini memiliki tekad yang kuat dan 'keras kepala' demi mencapai impiannya, hati orang tua akhirnya luluh setelah Rizkia lolos SPMB-PTAIN (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri) di jurusan dan universitas yang diincarnya. Walaupun sempat gagal di SNMPTN dan SBMPTN.

Rizkia menjadi mahasiswi UIN Bandung yang aktif berkegiatan positif. Mulai dari ikut berorganisasi di pesantren tempat bernaungnya kini (Al-Ihsan - Cibiru Hilir), masuk keanggotaan Bandung OKE TV, juga menjadi pengurus Laboratorium Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Hebatnya Rizkia ini, ia dapat mengatur waktunya dengan baik, "Walaupun sempat keteteran sih, tapi yang penting kita tahu prioritas kita yang mana. Apalagi harapan orang tua itu aku dapat nilai bagus, IP tinggi. Asalkan tugas masuk dan kalau nggak bisa atau kesulitan mengerjakan juga dipaksain, yang penting kita sudah berusaha." Apalagi, mempertahankan beasiswa Bidik Misi tentu sama sulitnya ketika mendapatkannya.

Seolah kegiatan di kampus 'masih belum cukup', Rizkia juga menjadi guru ngaji untuk anak-anak usia playgroup hingga SD, setiap pulang kuliah. Dari kesibukannya, Rizkia mendapatkan banyak ilmu. Entah itu cara berorganisasi, dapat mengaplikasikan teori untuk menjadi jurnalis yang didapat di kelas, menjadi pengusaha muda dari usaha kecil-kecilannya yang menerima pesanan buku, dan juga melatih kesabaran (mengajar anak kecil tentu tidaklah mudah).

Untuk menggapai cita-cita memanglah tidak gampang, perjuangan demi perjuangan harus dihadapi. Meski mungkin keinginan awal tidak dapat sepenuhnya terwujud, karena kembali pada orang tua yang menginginkan anaknya menjadi dosen, tapi bukan berarti sia-sia. Banyak jalan menuju pintu sukses, dan kini mahasiswi UIN Bandung ini tengah mencari salah-satunya.

Top